Kajian Umum Sabtu Shubuh Masjid Baitussalam The Green, BSD City pada pekan yang lalu membahas tentang Allah SWT Maha Pemaaf. Kajian dibawakan oleh Ust. Dr. H. Andi Rahman, MA. Berikut ini cuplikan ulasan dalam Kajian Umum tersebut.
Bapak Ibu sekalian, tadi kita membaca surat An-Nisa ayat 106 – 113. Kita dapat memahami bahwa surat ini membahas tentang dosa dan bagaimana dosa diampuni oleh Allah Yang Maha Pengampun.
Mintalah ampun kepada Allah. Jika kita bersalah kepada orang lain, maka Allah SWT lah yang menggerakkan hati orang itu untuk memaafkan atau tidak memaafkan. Oleh karena itu, dalam Al-Quran dinyatakan bahwa tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Allah SWT. Bahkan, dosa kita kepada manusia pun, yang mengampuni adalah Allah, dengan cara menggerakkan orang tersebut supaya hatinya memaafkan.
Oleh karena itu, kita harus memperbanyak istighfar. Pada setiap sholat kita, lakukanlah istighfar. Dalam membaca istighfar, maka niatkanlah: Ya Allah, saya memohon maaf, mohon ampunan.
Jika salahnya pada Allah, maka Allah akan langsung menghapus kesalahan tersebut. Jika salahnya pada orang lain, maka Allah akan menggerakkan hati orang tersebut untuk memaafkan.
Kita kadang kala dapat memaafkan orang, tanpa orang itu minta maaf dulu. Kita berkata dalam hati: ya sudah, tidak apa-apa. Hal ini terjadi karena Allah gerakkan hati kita untuk memaafkan orang tersebut.
Lalu, bagaimana caranya supaya Allah menggerakkan hati orang untuk memaafkan kita? Mulailah dengan kita sendiri yang terbiasa memaafkan orang lain. Dalam surat An-Nisa tersebut, dinyatakan: minta maaflah kepada Allah SWT dan yakinlah bahwa Allah SWT Maha Pemaaf.
Salah satu bukti kalau kita ini dimaafkan Tuhan adalah kita saat ini masih hidup dan tidak langsung dihukum. Jika Allah tidak Ghafur (Maha Pengampun), sekali saja kita berdosa maka langsung dihukum. Kita tidak bisa membayangkan betapa menderitanya, jika setiap kali bersalah langsung dihukum. Allah Maha Pemaaf. Oleh karena itu, jika kita minta maaf, tidak perlu khawatir karena Allah selalu memberi maaf.
Dalam ayat 107, disebutkan bahwa janganlah mendebat untuk membela orang-orang yang berkhianat. Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. Orang-orang yang menyembunyikan keburukan dari manusia, tetapi tidak dapat menyembunyikan keburukan di hadapan Allah, karena Allah selalu ada di sekitar mereka dan mengetahui rahasia-rahasia mereka yang tidak Allah ridhoi.
Allah bukan hanya bersama kita, tetapi meliputi dan mengawasi kita. Allah selalu bersama kita, dan pada waktu yang sama, Allah juga memiliki pencatatan dan perekaman yang sempurna, ini supaya kita tidak memiliki kesepakatan-kesepakatan jahat secara sembunyi-sembunyi.
Siapa saja yang berbuat buruk atau mendzolimi diri mereka, dalam perspektif agama, berdosa itu adalah pada saat kita menyakiti orang lain, maka kita juga menyakiti diri sendiri. Hal ini karena, saat kita melakukan dosa, maka kita sendirilah yang menanggung dosa tersebut.
Contohnya, kita memfitnah orang lain. Yang terlihat, orang itu rugi karena difitnah. Tetapi, pada dasarnya kita juga rugi karena kita berdosa dan membuat seseorang bermusuhan dengan kita. Bisa jadi orang itu adalah sumber munculnya rezeki, tetapi karena difitnah maka rezeki kita terhalangi. Bisa jadi orang itu dapat membuka pintu kebaikan, tetapi malah pintu itu tertutup karena difitnah. Maka, dalam perspetif agama, bersalah itu disebut dzolim pada diri sendiri.
Setiap manusia itu pasti memiliki dosa. Jika ada seseorang berkata bahwa ia tidak mempunyai dosa, maka ia sudah berdosa, karena telah berbohong. Semua orang mempunyai dosa, oleh karena itu Allah memperkenalkan diri sebagai Ghafur, Yang Maha Pengampun.