Kajian Umum Sabtu Shubuh Masjid Baitussalam The Green, BSD City pada pekan yang lalu membahas tentang Sifat Jalaliyah dan Jamaliyah Allah SWT. Kajian dibawakan oleh Ust. Dr. Husnul Hakim, MA. Berikut ini cuplikan ulasan dalam Kajian Umum tersebut.
Allah SWT memiliki banyak sifat. Dari semua sifat Allah itu, jika dibagi ke dalam 2 kategori, ada sifat-sifat Allah yang menggambarkan Jalaliyah-Nya, yaitu tentang Keagungan-Nya, Keperkasaan-Nya, dan Kebesaran-Nya. Wujud paling konkret yang menggambarkan sifat Jalaliyah Allah itu adalah Allah menurunkan azab-azab, baik azab itu diturunkan di dunia, maupun azab itu nanti diberikan di akhirat. Meskipun, sama-sama sebabnya adalah kafir, bedanya azab sebagai wujud Jalaliyah Allah di dunia itu kufurnya ini lawannya bukan iman, tapi kufur ini lawannya syukur.
Artinya, di mana saja manusia berada, jika perilakunya itu menunjukkan kufur nikmat, maka dia akan terancam oleh sifat Jalaliyah-Nya Allah. Sementara itu, azab nantinya di akhirat yang wujudnya masuk neraka akan diberikan kepada mereka yang kafir akidah. Meskipun perilakunya baik di dunia, tetapi kalau kafir akidahnya, dia akan diberi azab oleh Allah nantinya di akhirat. Inilah wujud Jalaliyah Allah. Artinya, ketika kita menyadari bahwa Allah memiliki sifat Jalaliyah, yaitu Sang Mahakuasa, Sang Mahaperkasa, jika seandainya sifat ini terealisasi, maka tidak akan ada satu manusia pun yang bisa selamat, atau hidup kita akan terancam oleh sifat Jalaliyah ini.
Kita harus berlindung dari sifat Jalaliyah Allah, bukan dengan sesama manusia, tetapi melalui sifat Jamaliyah-Nya Allah.
Artinya adalah, bahwa Allah juga memiliki sifat Jamaliyah, yaitu sifat yang menggambarkan keindahan-Nya. Ketika kita mengatakan bahwa Allah itu Maha Pengasih, Allah Sang Pemberi Rahmat, maka kita telah mengenali Allah sebagai Dzat yang memiliki sifat Jamaliyah. Wujud yang paling tinggi dari sifat Jamaliyah Allah adalah rahmat-Nya kepada kita saat kita memasuki surga. Oleh karena itu, orang-orang yang masuk surga itu bukan karena amalnya, tetapi karena rahmat dari Allah SWT. Begitu pula Rasulullah tidak menggaransi bahwa amal Beliau menjamin untuk masuk surga. Hal ini bukan berarti bahwa Rasulullah mengesampingkan fungsi amal, tetapi Rasul mengajarkan tentang kesopanan, serta adab kita kepada Allah.
Suatu kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah dirasakan oleh benak, itu dilimpahkan kepada orang-orang seperti kita, maka Ya Allah, betapa tidak sebandingnya. Rasulullah saja yang derajat-Nya tinggi, menyebutkan bahwa amal Beliau bisa saja tidak menyebabkan masuk surga.
Hidup ini sebenarnya selalu berusaha untuk mendapatkan rahmat Allah. Karena, jika rahmat ini diambil, maka gantinya adalah azab. Inilah hukum sebab akibat itu. Jika Allah tidak menurunkan rahmat, berarti Allah memberikan azab. Jika azab itu ditarik, maka Allah memberikan keberkahan. Semua nikmat yang kita rasakan di dunia ini, semua adalah suatu wujud rahmat dari Allah.
Sesungguhnya, rahmat dari Allah itu sangat dekat kepada orang-orang yang senantiasa berbuat kebajikan.