Simpulan Kajian Sabtu Shubuh – Keikhlasan

Kajian Umum Sabtu Shubuh Masjid Baitussalam The Green, BSD City pada pekan yang lalu membahas tentang keikhlasan. Kajian dibawakan oleh Ust. Dr. H. Ahmad Sodiq, MA. Berikut ini cuplikan ulasan dalam Kajian Umum tersebut.

Ikhlas secara bahasa berarti jernih, bersih, dan murni. Ikhlas memiliki makna yaitu keadaan batin ketika yang menjadi tujuan dan alasan dari melakukan segala sesuatu hanyalah Allah.

Allah telah menetapkan dosa terbesar bagi manusia, yaitu kemusyrikan. Ketika konsep ketuhanan telah kacau, dimana seseorang menyandarkan nasib hidupnya pada selain Allah, serta diikuti ketundukkannya pada selain Allah, maka itulah bentuk dari kemusyrikan.

Jika seseorang memiliki niat pada batinnya dan tunduk pada selain Allah, maka hal tersebut dapat mengganggu batin orang itu dan menyebabkannya jatuh pada dosa besar kemusyrikan.

Sedangkan, ada yang disebut sebagai kemusyrikan kecil. Dalam suatu hadist, Rasulullah mengungkapkan ketakutannya pada musyrik kecil. Rasul berkata bahwa sesungguhnya yang Beliau takutkan bukannya musyrik besar, tetapi musyrik kecil. Contoh musyrik kecil ini adalah riya, yaitu melakukan ibadah tetapi tujuannya bukan untuk Allah. Ibadah tetapi niatnya supaya dilihat orang lain. Inilah penyakit yang paling rumit dibersihkan dalam batin kita.

Jika kita mengingat penjelasan Imam Ghozali tentang sifat buruk, terdapat 3 penyebab dari semua sifat buruk, yaitu iri dengki, sombong, dan riya.

Ribuan ataupun jutaan amal tetapi tanpa keikhlasan, itu bagaikan butiran pasir. Sedangkan, satu amal ikhlas, itu bagaikan gunung.

Kenapa?

Para kekasih Allah tidak dapat dikejar oleh orang awam dalam urusan ibadah karena keikhlasannya. Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwa ikhlas lebih berharga daripada belerang merah.

Dalam salah satu hadist, Rasul mengatakan bahwa pada saat zaman akhir, umat Islam akan terbagi menjadi tiga kelompok. Sebagian umat Rasul melakukan ibadah ikhlas hanya demi Allah. Sebagian lagi, ibadah yang dilakukannya karena riya atau pamer semata. Yang ketiga, ibadah yang dilakukannya bertujuan untuk mencari penghidupan.

Ikhlas itu hadirat Allah. Jika kita dapat memiliki keikhlasan, kita bisa sampai pada hadirat Allah. Jika kita sampai pada hadirat Allah, maka kita masuk kategori makrifat. Ketika sudah tidak ada lagi di dalam batin kita selain Allah, maka itulah pintu untuk melangkah menuju hadirat Allah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *